Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

28 Juli 2017

MAKALAH KIMIA INDUSTRI PEMBUATAN ASAM SULFAT

Link Download makalah kimia industri pembuatan asam sulfat

MAKALAH KIMIA INDUSTRI PEMBUATAN KACA

Link Download Makalah kimia industri pembuatan kaca

MAKALAH KIMIA INDUSTRI PEMBUATAN KERTAS

link download Makalah kimia industri pembuatan kertas

MAKALAH KIMIA INDUSTRI PEMBUATAN KECAP

Link Download Makalah kimia industri pembuatan kecap

MAKALAH KIMIA INDUSTRI PEMBUATAN OBAT NYAMUK AEROSOL



Pengusir nyamuk adalah substansi yang didesain untuk membuat nyamuk tidak nyaman atau tidak aktraktif. Pengusir nyamuk terdiri dari bahan-bahan ramuan aktif yang mampu mengusir nyamuk sebaik mungkin. Pengusir nyamuk tersedia dalam berbagai bentuk seperti krim lotion, minyak, tapi sering kali berbentuk padat dan selain itu ada pula produk berbentuk semprot atau aerosol.

Link Download Makalah kimia industri pembuatan aerosol

MAKALAH KIMIA INDUSTRI PEMBUATAN DETERGEN



Reaksi sulfatasi ialah reaksi pemasukan gugus –OSO3H ke dalam suatu senyawa, sedangkan sulfonasi adalah reaksi pemasukan gugus -SO3H ke dalam suatu senyawa. Proses ini banyak dilakukan atau dikenakan terhadap senyawa-senyawa organic. Jadi proses sulfatasi hampir sama dengan proses sulfonasi hanya beda pada gugus yang dimasukkan,kedua proses tersebut dapat terjadi bersama-sama untuk suatu kondisi tertentu,tergantung senyawa yang diproses.
Umumnya proses ini dikenakan terhadap gliserida-gliserida asam lemak jenuh atau tidak jenuh yang mengandung gugus OH karena hasilnya lebih mahal atau bermanfaat.
Senyawa-senyawa yang dapat dikenakan proses sulfatasi atau sulfonasi antara lain hidro karbon ikatan tidak jenuh, pulp terutama ligninnya, minyak tumbuh-tumbuhan atau hewani terutama minyak ikan.
   Hasil proses sulfatasi/sulfonasi tidak langsung dapat dimanfaatkan untuk proses lain atau dipasarkan, agar memenuhi standar kebutuhan maka harus dilakukan pengolahan seperti pemisahan dan pemurnian. Salah satu pemanfaatan proses sulfonasi di dalam industri dapat ditemui dalam industri pembuatan deterjen.


Link Download Makalah kimia industri pembuatan detergen

MAKALAH KIMIA INDUSTRI PEMBUATAN SABUN



Sabun merupakan merupakan suatu bentuk senyawa yang dihasilkan dari reaksi saponifikasi. Saponifikasi adalah reaksi hidrolisis asam lemak oleh adanya basa lemah (misalnya NaOH). Hasil lain dari reaksi saponifikasi ialah gliserol. Selain C12 dan C16, sabun juga disusun oleh gugus asam karboksilat. Prinsip utama kerja sabun ialah gaya tarik antara molekul kotoran, sabun, dan air. Kotoran yang menempel pada tangan manusia umumnya berupa lemak. Untuk mempermudah penjelasan, mari kita tinjau minyak goreng sebagai contoh. Minyak goreng mengandung asam lemak jenuh dan tidak jenuh. Asam lemak jenuhyang ada pada minyak goreng umumnya terdiri dari asam miristat, asampalmitat, asam laurat, dan asam kaprat. Asam lemak tidak jenuhdalam minyak goreng adalah asam oleat, asam linoleat, dan asam linolena. Asam lemak tidak lain adalah asam alkanoat atau asam karboksilat berderajat tinggi (rantai C lebih dari 6).

Sabun yang banyak mengandung busa, terutama pada sabun cair yang terbuat dari minyak kelapa atau kopra ini biasanya menyebabkan rangsangan dan memungkinkan penyebab dermatitis bila dipakai. Oleh karena itulah penggunaanya diganti dengan minyak zaitun dan minyak kacang kedele atau minyak yang lain yang dapat menghasilkan sabun lebih lembut dan baik. Tetapi para pemakai kurang menyukainya sebab sabun ini kelarutannya rendah dan tidak memberikan busa yang banyak. Dengan perkembangan yang cukup pesat dalam dunia industri dimungkinkan adanya penambahan bahan-bahan lain kedalam sabun sehingga menghasilkan sabun dengan sifat dan kegunaan baru.



 


link download Makalah kimia industri pembuatan sabun

19 Mei 2017

PRAKTIKUM PEMBUATAN GARAM MOHR

FOR VIDEO KLIK LINK DI BAWAH INI

https://youtu.be/fEO9kAU6F0U

LAPORAN PRAKTIKUM | PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP TINGKAT ENERGI



PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP TINGKAT ENERGI

Nindia Novari , Fajri Rahmat Saputra,  Nurul Fadhillah Agdisti*

Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam, Universitas Negeri Padang

Jln. Prof. Dr. Hamka Air Tawar Barat Padang, Indonesia Tlp.0751 7057420

*nurulf@gmail.com

Abstrak- Pada eksperimen ini akan dilakukan penentuan energi aktivasi dari suatu reaksi. Eksperimen ini berdasarkan persamaan arrhenius. Bahan-bahan yang digunakan adalah Na2S2O8  0,04 M, KI 0,1 M, Na2S2O3 0,001 M, larutan kanji 3% dan es batu. Eksperimen ini dilakukan dengan mengukur waktu saat campuran yang berwarna bening berubah menjadi larutan berwarna biru. Reaksi diatur untuk dilakukan pada suhu dengan interval (0-400C). Reaksi berlangsung cepat saat suhu 100C. Reaksi berlangsung sangat lambat saat 20C. Dari hasil eksperimen didapat kurva hubungan antara 1/T dengan ln (1/s). Karena kurva ini tidak linear, maka energi aktivasi ditentukan berdasarkan persamaan regresi. Berdasarkan persamaan regresi diperoleh energi aktivasi reaksi tersebut adalah 71,2 J/mol.

Kata Kunci :  energi aktivasi, persamaan arrhenius, persamaan regresi, suhu.

 


I.                    PENDAHULUAN

Setiap bahan (materi) mempunyai energi dengan tingkat tertentu. Salah satu cara memasok energi kesuatu bahan adalah memanaskannya. Dalam percobaan berikut ini sebuah logam dipanasi dan dibandingkan dengan potongan logam yang sesami tetapi tidak dipanaskan. Jika sebatang logam dipanaskan maka akan terbentuk sel-sel korosi lokal dan bagian-bagian yang lebih panas akan mengalami korosi terlebih dahulu. Semakin banyak sel korosi maka akan semakin mudah logam itu melepaskan elektronnya atau lebih mudah teroksidasi. Dengan demikian, potensial oksidasinya bertambah besar atau semakin mudah teroksidasi.

Untuk membuktikan hal itu dibuat sebuah selgalvani dengan kedua elektroda dari logam yang sama dan larutan yang sama pula tetapi suhunya berbeda. Kemudian antara kedua larutan dihubungkan dengan kertas saring jenuh dengan larutan sebagai jembatan garam.

Perbedaan potensial kedua elektoda dapat diketahui dari voltmeter. Hal ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan energi kedua elektroda, karena energi panas telah berubah jadi energi listrik. Dan arah gerakan elekton dalam voltmeter dapat diketahui manakah logam yang tinggi energinya, yang bersuhu tinggi atau bersuhu rendah (Tim Kimia Fisika, 2017 : 48).

Pengaruh suhu terhadap kecepatan kimia dapat diperkirakan dengan persamaan Arrhenius, dimana kecepatan reaksi bertambah secara eksponensial dengan bertambahnya suhu. Secara kasar jika suhu naik sebesar 10oC, maka kecepatan reaksi akan naik menjadi dua kali. Atau jika suhu reaksi mendadak naik 100oC, berarti kecepatan mendadak naik berlipat 210 = 1024 kali. Disinilah pentingnya untuk melakukan kendali terhadap suhu reaksi (Respati, 1992).

Energi aktivasi adalah energi minimum yang dibutuhkan oleh suatu reaksi kimia agar dapat berlangsung. Energi aktivasi memiliki simbol Ea dengan e menotasikan energi, a ditulis subrice menotasikan aktivasi. Kata aktivasi memiliki makna bahwa suatu reaksi kimia membutuhkan tambahan energi untuk dapat berlangsung. Istilah energi aktivasi (Ea) pertama kali diperkenalkan oleh Swanle Arrhenius dari dinyatakan dalam satuan volume kilojoule per mol (Oxtoby,1990).

Eletrolisis adalah suatu proses kimia dimana reaksi kimia terurai pada elektroda itu. Sedangkan yang dimaksud dengan sel elektrolisis adalah dimana energi listrik digunakan untuk berlangsungnya suatu reaksi kimia. Sel ini merupakan kebalikan dari sel galvani (Dogra,2009).

Dalam reaksi endoterm, energi yang diperlukan untuk memutuskan ikatan dan sebagai suplai dari luar sistem. Pada reaksi eksotern, yang membebaskan energi, ternyata juga membutuhkan suplai energi dari luar untuk mengaktifkan reaksi tersebut (Atkins,1999).

Potensial elektroda adalah potensial listrik pada sebuah elektroda yang berhubungan dengan bentuk oksidasi dan reduksi dari beberapa zat. Suatu elektoda mengandung partikel (ion atau moleku) yang dapat menarik elektron atau cenderung teroksidasi. Kekuatan tarikannya disebut potensial reduksi.  Potensial reduksi dari suatu elektroda dilambangkan dengan E. Dalam suatu sel elektrokimia, potensial selnya merupakan selisih potensial reaksi kedua elektrodanya. Yang potensialnya lebih besar akan tereduksi dan berfungsi sebagai katoda, sedangkan yang lain teroksidasi dan berfungsi sebagai anoda (Petrucci,1987).



FULL VERSION DOWNLOAD -----> >>>DI SINI<<<

31 Maret 2017

LAPORAN PRAKTIKUM | LAJU REAKSI BERKESUDAHAN

LAJU REAKSI BERKESUDAHAN
Yuni Makdalena Susanti, Fauzan Setiawan, Widyanti Elwis*
Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Padang (UNP) Jln. Prof. Dr.Hamka Air Tawar Padang, IndonesiaTelp. 0751 7057420
* xxxxxxxxx@gmail.com

Abstrak— Pada eksperimen ini akan dilakukan penentuan orde reaksi dan hukum laju reaksi dari reaksi oksidasi H2O2 oleh KI dalam suasana asam. Tujuan dari eksperimen ini adalah untuk mengetahui hukum laju serta orde pereaksi dari reaksi berkesudahan. Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah H2O2 pekat, larutan KI 0,2 M, larutan kanji 2%, larutan Na2S2O3 0,03 M, larutan Buffer D dengan pH 4,7, dan larutan Buffer E dengan pH 5,0. Metode yang dilakukan adalah dengan mengatur konsentrasi dari pereaksi yang akan ditentukan orde reaksinya berubah dan konsentrasi pereaksi lainnya dalam keadaan konstan. Dari hasil pengamatan diketahui bahwa orde reaksi H2O2 adalah 1,66, H3O+ adalah 1,578dan I- adalah 0,956.Nilai kontanta laju reaksi tersebut adalah 0,055 dan hukum laju reaksi nya adalah [ ] [ ]
Kata kunci: laju reaksi, orde reaksi, reaksi berkesudahan,

I. PENGANTAR
    Laju reaksi merupakan pristiwa perubahan konsentrasi reaktan atau produk dalam satuan waktu. Laju reaksi juga dapat dinyatakan sebagai suatu laju terhadap berkurangnya konsentrasi suatu pereaksi. Konstanta laju reaksi merupakan laju reaksi bila konstanta dari masing-masing jenis larutan (Keenan, dkk, 1984).
    Kecepatan laju reaksi yang berbanding lurus terhadap konsentrasi dengan satu atau dua pengikut berpangkat dua akan disebutkan sesuai jumlah pangkat. Reaksi disebut bertingkat tiga bila kecepatan reaksinya berbanding lurus dengan konsentrasi tiga pengikut. Biasanya laju reaksi tidak bergantung pada orde reaksi, suatu reaksi yang merupakan proses satu tahap didefenisikan dengan bedasarkan reaksinya yaitu reaksi dasar (Bird, 2003).
    Berdasarkan teori tumbukkan yang menyatakan bahwa sebelum terjadinya reaksi molekul pereaksi haruslah molekulnya saling bertumbukkan, sehingga sebagian molekul pada tumbukkan ini akan membentuk suatu molekul-molekul ynag akan mampu bersifat mengaktifasikan diri secara langsung. Molekul tersebut kemudian berubah menjadi hasil reaksi agar pereaksi dapat membentuk kompleks yang akan aktif. Walaupun demikian, namun molekul-molekul ini akan hanya mempunyai energi minimum yang disebut energi aktivasi (Sukardjo, 2002).
    Hukum laju reaksi merupakan suatu bentuk persamaan yang menyatakan laju reaksi sebagta fungsi dari konsentrasi semua spesies yang ada termasuk produk-produk yang dihasilkan dalam reaksi tersebut. Hukum laju mempunyai dua penerapan utama, yaitu penerapan teoritis yang merupakan pemandu dalam mekanisme reaksi, sedangkan penerapan praktiknya akan dilakukan setelah mengetahui hukum laju reaksi dan konstanta lajunya (Atkins, 1996).

Faktor-faktor yang mempengaruhi suatu laju reksi adalah sebagai berikut, yaitu
1. Konsentrasi pereaksi
Meningkatnya konsentrasi akan menyebabkan laju reaksi semakin cepat, hal tersebut dikarenakan tumbukan akan semakin besar akibat konsentrasi yang besar, sehingga laju reaksi meningkat.
2. Suhu
Suhu tinggi dapat meningkatkan laju reaksi, hal tersebut dikarenakan partikel yang semakin aktif bergerak akibat suhu tinggi dari larutan akibatnya konsentrasi juga meningkat.
3. Tekanan
Penambahan tekanan akan memperkecil volume, sehingga dapat memperbear konsentrasi akibat volume menurun sehingga laju reaksi akan meningkat.
4. Katalis
Katalis dapat mempercepat laju reaksi dengan cara bereaksi terhadap larutan, dikarenakan katalis dapat mempercepat reaksi kimia sehingga laju reaksi yang ditambahkan katalis dapat meningkatkan laju reaksi. (Dogra, 1990).

DOWNLOAD FULL ARTIKEL ----> >>> KLIK DISINI <<<

24 Maret 2017

LAPORAN PRAKTIKUM | PERSAMAAN ARRHENIUS DAN EKSTRAKSI PELARUT

PERSAMAAN ARHENIUS DAN EKSTRAKSI PELARUT
Yuni Makdalena Susanti, Fauzan Setiawan, Widyanti Elwis*
Jurusan Kimia, Fakultas Matematikadan IlmuPengetahuanAlam, UniversitasNegeri Padang Jln. Prof. Dr.Hamka Air Tawar Padang, IndonesiaTelp. 0751 7057420
* xxxxx@gmail.com

Abstrak — Ekperimen persamaan Arrhenius dan energi aktivasi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap laju reaksi dan untuk menentukan energi aktivasi dengan menggunakan persamaan Arrhenius. Praktikum ini dilakukan menggunakan larutan S2O8 5 ml dan 5 ml air dalam tabung 1 serta larutan KI 10 ml, Na2S2O3 1 ml dan 1 ml amilum dalam tabung 2, kemudian kedua tabung reaksi tersebut diletakkan dalam gelas piala 600 ml yang berisi air yang disesuaikan dengan suhu pengamatan, sampai masing-masing tabung 1 dan tabung 2 suhunya sama sesuai dengan suhu pengamatan yaitu suhu 0ºC, 10ºC, 20ºC, 30ºC dan 40ºC kemudian mengukur suhu masing-masing tabung diusahakan suhu kedua tabung tersebut sama. Selanjutnya mengukur waktu reaksi dan suhunya ketika kedua larutan dicampurkan sampai terbentuk larutan berwarna biru untuk pertama kalinya. Data yang diperoleh berupa suhu campuran, rerata suhu dan waktu reaksi.Grafik yang diperoleh dari hasil percobaan ini didapatkan grafik linier yang mengggambarkan hubungan antara ln K dengan 1/T dengan persamaanya = 19.20x + 2.31.Dari pengamatan dan perhitungan yang telah dilakukan diperoleh Ea = 19.20 kJ/mol. Dari hasil percobaan disimpulkan bahwa semakin suhunya naik maka waktu yang diperlukan untuk bereaksi adalah semakin sedikit atau suhu berbanding terbalik dengan waktu. Temperatur berpengaruh pada laju reaksi, jika suhu semakin tinggi maka laju reaksi akan semakin cepat.
Kata kunci: Energi aktivasi; persamaan Arrhenius; Laju reaksi

I. PENGANTAR
    Proses untuk mencapai keadaan transisi kompleks membutuhkan energi yang disuplai dari luar sistem. Energi inilah yang disebut dengan energi aktivasi (dalam kimia, disebut juga sebagai energi permulaan).Pada reaksi endoterm ataupun eksoterm, keduanya memiliki energi aktivasi yang positif, karena keadaan transisi kompleks memiliki tingkat energi yang lebih tinggi dari reaktan.(Castellan : 1982)

    Energi aktivasi adalah energi minimum yang dibutuhkan oleh suatu reaksi kimia agar dapat berlangsung. Energi aktivasi memiliki simbol Ea dengan E menotasikan energi dan a yang ditulis subscribe menotasikan aktivasi. Kata aktivasi memiliki makna bahwa suatu reaksi kimia membutuhkan tambahan energi untuk dapat berlangsung.(Vogel,1994)

    Dalam reaksi endoterm, energi yang diperlukan untuk memutuskan ikatan dan sebagainya disuplai dari luar sistem.Pada reaksi eksoterm, yang membebaskan energi, ternyata juga membutuhkan suplai energi dari luar untuk mengaktifkan reaksi tersebut.(Atkins,1999).

    Dalam kinetika, suatu reaksi berlangsung melalui beberapa tahap.Diawali dengan tumbukan antar partikel reaktan. Setelah reaktan bertumbukan, maka akan terjadi penyusunan ulang ikatan dalam senyawa reaktan menjadi susunan ikatan yang berbeda ( membentuk senyawa produk ). (Vogel : 1994)

Beberapa faktor yang mempengaruhi energi aktivasi adalah sebagai berikut :
1. Suhu
Fraksi molekul-molekul mampu untuk bereaksi dua kali lipat dengan peningkatan suhu sebesar 10oC.Hal ini menyebabkan laju reaksi berlipat ganda.
2. Faktor frekuensi
Dalam persamaan ini kurang lebih konstan untuk perubahan suhu yang kecil. Perlu dilihat bagaimana perubahan energi dari fraksi molekul sama atau lebih dari energi aktivasi.
3. Katalis
Katalis akan menyediakan rute agar reaksi berlangsung dengan energi aktivasi yang lebih renah. (Castellan : 1982)

    Pada dasarnya diketahui bahwa laju reaksi sangat dipengaruhi oleh suhu. Dalam model Arrhenius suhu merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap penurunan mutu produk pangan. Semakin tinggi suhu, maka akan semakin tinggi pula laju reaksi, dengan kata lain semakin tinggi T maka akan semakin tinggi pula nilai k. Hubungan ini berdasarkan pada teori aktivasi, bahwa suatu reaksi perubahan akan mulai berlangsung jika diberikan sejumlah energi minimum yang disebut sebagai energi aktivasi (Ea). (Martono et al. 2011).


.
.
DOWNLOAD FILE ARTIKEL* -----> >> KLIK DISINI <<
.
.