PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP TINGKAT ENERGI
Nindia Novari ,
Fajri Rahmat Saputra, Nurul Fadhillah
Agdisti*
Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam,
Universitas Negeri Padang
Jln. Prof. Dr. Hamka Air Tawar Barat Padang, Indonesia Tlp.0751
7057420
Abstrak- Pada eksperimen
ini akan dilakukan penentuan energi aktivasi dari suatu reaksi. Eksperimen ini
berdasarkan persamaan arrhenius. Bahan-bahan yang digunakan adalah Na2S2O8 0,04 M, KI 0,1 M, Na2S2O3
0,001 M, larutan kanji 3% dan es batu. Eksperimen ini dilakukan dengan mengukur
waktu saat campuran yang berwarna bening berubah menjadi larutan berwarna biru.
Reaksi diatur untuk dilakukan pada suhu dengan interval (0-400C).
Reaksi berlangsung cepat saat suhu 100C. Reaksi berlangsung sangat
lambat saat 20C. Dari hasil eksperimen didapat kurva hubungan antara
1/T dengan ln (1/s). Karena kurva ini tidak linear, maka energi aktivasi
ditentukan berdasarkan persamaan regresi. Berdasarkan persamaan regresi
diperoleh energi aktivasi reaksi tersebut adalah 71,2 J/mol.
Kata Kunci : energi aktivasi, persamaan arrhenius,
persamaan regresi, suhu.
I.
PENDAHULUAN
Setiap bahan
(materi) mempunyai energi dengan tingkat tertentu. Salah satu cara memasok
energi kesuatu bahan adalah memanaskannya. Dalam percobaan berikut ini sebuah
logam dipanasi dan dibandingkan dengan potongan logam yang sesami tetapi tidak
dipanaskan. Jika sebatang logam dipanaskan maka akan terbentuk sel-sel korosi
lokal dan bagian-bagian yang lebih panas akan mengalami korosi terlebih dahulu.
Semakin banyak sel korosi maka akan semakin mudah logam itu melepaskan
elektronnya atau lebih mudah teroksidasi. Dengan demikian, potensial
oksidasinya bertambah besar atau semakin mudah teroksidasi.
Untuk
membuktikan hal itu dibuat sebuah selgalvani dengan kedua elektroda dari logam
yang sama dan larutan yang sama pula tetapi suhunya berbeda. Kemudian antara
kedua larutan dihubungkan dengan kertas saring jenuh dengan larutan sebagai
jembatan garam.
Perbedaan
potensial kedua elektoda dapat diketahui dari voltmeter. Hal ini menunjukan
bahwa terdapat perbedaan energi kedua elektroda, karena energi panas telah
berubah jadi energi listrik. Dan arah gerakan elekton dalam voltmeter dapat
diketahui manakah logam yang tinggi energinya, yang bersuhu tinggi atau bersuhu
rendah (Tim Kimia Fisika, 2017 : 48).
Pengaruh suhu
terhadap kecepatan kimia dapat diperkirakan dengan persamaan Arrhenius, dimana
kecepatan reaksi bertambah secara eksponensial dengan bertambahnya suhu. Secara
kasar jika suhu naik sebesar 10oC, maka kecepatan reaksi akan naik
menjadi dua kali. Atau jika suhu reaksi mendadak naik 100oC, berarti
kecepatan mendadak naik berlipat 210 = 1024 kali. Disinilah pentingnya untuk
melakukan kendali terhadap suhu reaksi (Respati, 1992).
Energi aktivasi
adalah energi minimum yang dibutuhkan oleh suatu reaksi kimia agar dapat
berlangsung. Energi aktivasi memiliki simbol Ea dengan e menotasikan energi, a
ditulis subrice menotasikan aktivasi. Kata aktivasi memiliki makna bahwa suatu
reaksi kimia membutuhkan tambahan energi untuk dapat berlangsung. Istilah
energi aktivasi (Ea) pertama kali diperkenalkan oleh Swanle Arrhenius dari
dinyatakan dalam satuan volume kilojoule per mol (Oxtoby,1990).
Eletrolisis
adalah suatu proses kimia dimana reaksi kimia terurai pada elektroda itu.
Sedangkan yang dimaksud dengan sel elektrolisis adalah dimana energi listrik
digunakan untuk berlangsungnya suatu reaksi kimia. Sel ini merupakan kebalikan
dari sel galvani (Dogra,2009).
Dalam reaksi
endoterm, energi yang diperlukan untuk memutuskan ikatan dan sebagai suplai
dari luar sistem. Pada reaksi eksotern, yang membebaskan energi, ternyata juga
membutuhkan suplai energi dari luar untuk mengaktifkan reaksi tersebut
(Atkins,1999).
Potensial
elektroda adalah potensial listrik pada sebuah elektroda yang berhubungan
dengan bentuk oksidasi dan reduksi dari beberapa zat. Suatu elektoda mengandung
partikel (ion atau moleku) yang dapat menarik elektron atau cenderung
teroksidasi. Kekuatan tarikannya disebut potensial reduksi. Potensial reduksi dari suatu elektroda
dilambangkan dengan E. Dalam suatu sel elektrokimia, potensial selnya merupakan
selisih potensial reaksi kedua elektrodanya. Yang potensialnya lebih besar akan
tereduksi dan berfungsi sebagai katoda, sedangkan yang lain teroksidasi dan
berfungsi sebagai anoda (Petrucci,1987).
FULL VERSION DOWNLOAD -----> >>>DI SINI<<<
0 komentar:
Posting Komentar