Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

19 Mei 2017

PRAKTIKUM PEMBUATAN GARAM MOHR

FOR VIDEO KLIK LINK DI BAWAH INI

https://youtu.be/fEO9kAU6F0U

LAPORAN PRAKTIKUM | PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP TINGKAT ENERGI



PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP TINGKAT ENERGI

Nindia Novari , Fajri Rahmat Saputra,  Nurul Fadhillah Agdisti*

Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam, Universitas Negeri Padang

Jln. Prof. Dr. Hamka Air Tawar Barat Padang, Indonesia Tlp.0751 7057420

*nurulf@gmail.com

Abstrak- Pada eksperimen ini akan dilakukan penentuan energi aktivasi dari suatu reaksi. Eksperimen ini berdasarkan persamaan arrhenius. Bahan-bahan yang digunakan adalah Na2S2O8  0,04 M, KI 0,1 M, Na2S2O3 0,001 M, larutan kanji 3% dan es batu. Eksperimen ini dilakukan dengan mengukur waktu saat campuran yang berwarna bening berubah menjadi larutan berwarna biru. Reaksi diatur untuk dilakukan pada suhu dengan interval (0-400C). Reaksi berlangsung cepat saat suhu 100C. Reaksi berlangsung sangat lambat saat 20C. Dari hasil eksperimen didapat kurva hubungan antara 1/T dengan ln (1/s). Karena kurva ini tidak linear, maka energi aktivasi ditentukan berdasarkan persamaan regresi. Berdasarkan persamaan regresi diperoleh energi aktivasi reaksi tersebut adalah 71,2 J/mol.

Kata Kunci :  energi aktivasi, persamaan arrhenius, persamaan regresi, suhu.

 


I.                    PENDAHULUAN

Setiap bahan (materi) mempunyai energi dengan tingkat tertentu. Salah satu cara memasok energi kesuatu bahan adalah memanaskannya. Dalam percobaan berikut ini sebuah logam dipanasi dan dibandingkan dengan potongan logam yang sesami tetapi tidak dipanaskan. Jika sebatang logam dipanaskan maka akan terbentuk sel-sel korosi lokal dan bagian-bagian yang lebih panas akan mengalami korosi terlebih dahulu. Semakin banyak sel korosi maka akan semakin mudah logam itu melepaskan elektronnya atau lebih mudah teroksidasi. Dengan demikian, potensial oksidasinya bertambah besar atau semakin mudah teroksidasi.

Untuk membuktikan hal itu dibuat sebuah selgalvani dengan kedua elektroda dari logam yang sama dan larutan yang sama pula tetapi suhunya berbeda. Kemudian antara kedua larutan dihubungkan dengan kertas saring jenuh dengan larutan sebagai jembatan garam.

Perbedaan potensial kedua elektoda dapat diketahui dari voltmeter. Hal ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan energi kedua elektroda, karena energi panas telah berubah jadi energi listrik. Dan arah gerakan elekton dalam voltmeter dapat diketahui manakah logam yang tinggi energinya, yang bersuhu tinggi atau bersuhu rendah (Tim Kimia Fisika, 2017 : 48).

Pengaruh suhu terhadap kecepatan kimia dapat diperkirakan dengan persamaan Arrhenius, dimana kecepatan reaksi bertambah secara eksponensial dengan bertambahnya suhu. Secara kasar jika suhu naik sebesar 10oC, maka kecepatan reaksi akan naik menjadi dua kali. Atau jika suhu reaksi mendadak naik 100oC, berarti kecepatan mendadak naik berlipat 210 = 1024 kali. Disinilah pentingnya untuk melakukan kendali terhadap suhu reaksi (Respati, 1992).

Energi aktivasi adalah energi minimum yang dibutuhkan oleh suatu reaksi kimia agar dapat berlangsung. Energi aktivasi memiliki simbol Ea dengan e menotasikan energi, a ditulis subrice menotasikan aktivasi. Kata aktivasi memiliki makna bahwa suatu reaksi kimia membutuhkan tambahan energi untuk dapat berlangsung. Istilah energi aktivasi (Ea) pertama kali diperkenalkan oleh Swanle Arrhenius dari dinyatakan dalam satuan volume kilojoule per mol (Oxtoby,1990).

Eletrolisis adalah suatu proses kimia dimana reaksi kimia terurai pada elektroda itu. Sedangkan yang dimaksud dengan sel elektrolisis adalah dimana energi listrik digunakan untuk berlangsungnya suatu reaksi kimia. Sel ini merupakan kebalikan dari sel galvani (Dogra,2009).

Dalam reaksi endoterm, energi yang diperlukan untuk memutuskan ikatan dan sebagai suplai dari luar sistem. Pada reaksi eksotern, yang membebaskan energi, ternyata juga membutuhkan suplai energi dari luar untuk mengaktifkan reaksi tersebut (Atkins,1999).

Potensial elektroda adalah potensial listrik pada sebuah elektroda yang berhubungan dengan bentuk oksidasi dan reduksi dari beberapa zat. Suatu elektoda mengandung partikel (ion atau moleku) yang dapat menarik elektron atau cenderung teroksidasi. Kekuatan tarikannya disebut potensial reduksi.  Potensial reduksi dari suatu elektroda dilambangkan dengan E. Dalam suatu sel elektrokimia, potensial selnya merupakan selisih potensial reaksi kedua elektrodanya. Yang potensialnya lebih besar akan tereduksi dan berfungsi sebagai katoda, sedangkan yang lain teroksidasi dan berfungsi sebagai anoda (Petrucci,1987).



FULL VERSION DOWNLOAD -----> >>>DI SINI<<<