Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

27 Desember 2020

Tabel Kation Anion Lengkap Beserta Pengertian Kation dan Anion Secara Umum

Anion (−), berasal dari bahasa Yunani: ἄνω (ánō), yang berarti "naik",[1] adalah ion dengan jumlah elektron lebih banyak daripada proton, menghasilkan muatan netto negatif (karena elektron bermuatan negatif dan proton bermuatan positif).[2]

Kation (+), berasal dari bahasa Yunaniκάτω (káto), yang berarti "turun",[3] adalah ion dengan jumlah elektron lebih sedikit daripada proton, memberikan muatan positif.[4]

Terdapat dua nama tambahan yang digunakan untuk ion dengan muatan banyak. Misalnya, ion dengan muatan −2 dikenal sebagai dianion dan ion dengan muatan +2 dikenal sebagai dikationIon zwitter adalah molekul netral dengan muatan positif dan negatif di beberapa tempat yang berbeda dalam molekul tersebut.[5]

Kation dan anion ditentukan berdasarkan jari-jari ion dan keduanya memiliki ukuran yang relatif berbeda: "Kation berukuran kecil, sebagian besar memiliki jari-jari kurang dari 10−10 m (10−8 cm). Sebaliknya, sebagian besar anion berukuran besar, seperti anion bumi yang paling umum, oksigen. Berdasarkan fakta ini, tampak bahwa sebagian besar ruang pada kristal ditempati oleh anion dan bahwa kation termuat di dalam ruang-ruang di antaranya."[6]

Sebuah kation memiliki jari-jari kurang dari 0,8 × 10−10 m (0,8 Å) sementara anion memiliki jari-jari yang lebih dari 1,3 × 10−10 m (1,3 Å).[7]


Berikut Tabel Kation dan Anion Lengkap....






Download File nya disini yaa ---> >> Tabel Kation dan Anion Lengkap <<<


24 Desember 2020

LAPORAN PRAKTIKUM PERSAMAAN NERNST

Persamaan Nernst 

Fajri Rahmat Saputra, Nindia Novari, Nurul Fadhillah Agdisti 

Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Padang ,

Jln. Prof. Dr.Hamka Air Tawar Padang, Indonesia Telp. 0751 7057420 


Abstrak – Sel Galvani adalah suatu sel kimia yang reaksinya bisa mengubah energi kimia menjadi energi listrik. Pada eksperimen ini, sel galvani disusun dengan menggunakan logam Cu dan logam seng sebagai elektroda dari sel, lalu menggunakan larutan CuSO4.5H2O dengan konsentrasi 1,0 M, 0,1 M, 0,01 M,0,001 M serta larutan ZnSO4.7H2O 1,0 M, dan kertas saring yang telah dicelupkan kedalam larutan ammonium nitrat jenuh sebagai jembatan garam. Eksperimen ini didasarkan pada persamaan Nernst yaitu, persamaan yang menunjukkan hubungan  antara Esel dengan konsentrasi larutan yang digunakan, serta dipengaruhi oleh Temperatur pada saat ekspeimen yang dilakukan. Metode yang digunakan dalam eksperimen ini adalah mengukur Esel  dari sel galvani lalu membuat grafik antara Esel dengan ln [Zn2+]/[Cu2+]sehingga didapatkan nilai dari RT/nF dan E0sel untuk membuktikan persamaan Nernst. Grafik yang didapat dari percobaan ini bukan merupakan garis lurus atau linear. Hal ini disebabkan oeh beberapa kesalahan dan beberapa faktor. 

Kata kunci : sel galvani, persamaan Nernst, potensial elektroda, CuSO4 

I. PENDAHULUAN 

    Reaksi kimia dapat menghasilkan energi atau menyerap energi. Energi yang terjadi biasanya dalam bentuk panas, tetapi bisa diubah dalam bentuk energi listrik, seperti yang terjadi pada sel galvani. Sel ini terdiri dari batang logam Zn tercelup sebagian dalam larutan Zn+2 dan batang logam Cu yang tercelup sebagian dalam larutan Cu+2. Kedua larutan dihubungkan dengan jembatan garam (salt bridge). Logam Zn dalam larutan Zn+2 dan logam Cu larutan Cu+2 masing-masing mempunyai potensial listrik tertentu sehingga keduanya disebut elektroda dan nilai potensialnya disebut potensial elektroda. Nilai potensial elektroda itu bergantung pada jenis logam dan konsentrasi larutan logam tersebut. Nilai potensial reduksi suatu elektroda logam dalam larutannya berkonsentrasi 1,0 M pada suhu 25o C disebut potensial reduksi elektroda standar. Jika logam Zn dan logam Cu dihubungkan dengan potensiometer akan menggerakan jarum sebagai bukti adanya listrik (elektron). Ketika kedua elektroda belum dihubungkan maka tidak ada arus listrik yang mengalir dan perbedaan potensial kedua elektroda adalah maksimum, maka disebut GGL sel atau Esel. 

    Nilai Esel pada keadaan standar (konsentrasi larutan 1,0 M dan 298 K (250 C) ) dilambangkan sebagai E0sel. Nilai E0sel dapat ditentukan langsung dari nilai potensial elektroda standar. Contohnya untuk sel Zn/ Zn+2 II Cu+2 /Cu : Untuk perhitungan yang tidak memerlukan ketelitian yang tinggi, aktivitas dapat diganti dengan konsentrasi, maka Jika untuk sel Zn/ Zn+2 II Cu+2 /Cu, maka a=b=c=d=1, sehingga persamaan Nernst adalah Tetapi karena zat padat dianggap mempunyai konsentrasi satu, maka [Cu] dan [Zn] adalah satu, sehingga Pada percobaan ini akan dicoba menguji kebenaran persamaan Nernst jika terjadi penyimpangan mungkin disebabkan ketidak-teraturan pengukuran (Tim Kimia Fisika, 2017 : 38-40). 

    Reaksi elektrokimia digunakan untuk mengubah energi kimia menjadi energi listrik. Dalam sebuah sel, energi listrik dihasilkan dengan jalan pelpasan elektron pada suhu elektoda (oksidasi) dan penerimaan elektron pada elektroda lainnya (reduksi). Elektroda yang melepaskan elektron dinamakan anoda sedangkan elektroda yang menerima elektron dinamakan katoda. Jadi, sebuah sel selalu terdiri dari dua bagian atau dua elektroda setengah reaksi oksidasi akan berlangsung pada anoda dan setengah reaksi reduksi akan berlangsung di katoda. Dengan kata lain pada sel elektroda kimia kedua setengah reaksi dipisahkan dengan maksud agar aliran listrik (elektron) yang ditimbulkan dapat dipergunakan. Salah satu faktor yang mencirikan sebuah sel adalah gayag erak listrik atau perbedaan potensial listrik antara anoda dan katoda ( Bird, 1993).

     Pada sel elktrokimia, elektron akan mengalir dari anoda seng ke katoda tembaga. Hal ini akan menimbulkan perbedaan potensial antara kedua elektroda. Perbedaan potensial akan mencapai maksimum ketika tidak ada arus listrik yang mengalir. Perbedaan maksimum ini dinamakan GGL sel atau Esel. Nilai Esel bergantung pada berbagai faktor seperti suhu, konsentrasi larutan Zn+2 dan konsentrasi larutan Cu+2 dll. Bila konsentrasi larutan Zn+2 dan Cu+2 adalah 1 molar dan suhu sistem adalah 298 K (25o C), Esel berada dalam keadaan standar dan diberi simbol Eosel. Persamaan yang menghubungkan konsentrasi dengan Esel disebut persamaan Nernst (Taba dkk, 2010) 

    Pengaruh konsentrasi dan persamaan Nernst sel yang konsentrasinya atau tekanannya berbeda dengan nilai keadaan standarnya sering menarik perhatian. Prinsip termodinamika digunakan langsung untuk menentukan pengaruh konsentrasi dan tekanan pada tegangan sel.  ( Oxtoby, 2001). Potensial dari sel galvani tergantung pada aktivitas dari berbagai spesies yang menjalani reaksi dalam sel. Persamaan yang menyatakan hubungan ini disebut persamaan Nernst, mengikuti nama seorang ahli kimia fisika, Nernst yang paada tahun 1889 pertama kali menggunakan persamaan ini untuk menyatakan hubungan antara potensial dari sebuah elektron ion metal-metal dan konsentrasi ini dalam sebuah larutan. Dalam sebuah reaksi kimia seperti : Perubahan energi bebas didapat dari persamaan : Dimana adalah energi bebas ketika semua reaktan dan produk berada dalam kondisi standar (aktivitas satu), R adalah gas, 8,314 J/ mol K, dan T adalah suhu absolut ( Day dan Undewood, 1999).

     Reaksi yang berlangsung pada elektoda, setelah kiri ditulis sebagai reaksi oksidasi dan reaksi yang berlangsung sebelah kanan ditulis sebagai reaksi reduksi. Reaksi sel adalah jumlah kedua reaksi ini dengan anoda. Ion bermuatan positif mengalir ke elektroda ini untuk direduksi oleh elektron-elektron yang datang dari anoda. Pada sel elektrokimia, katoda adalah elektroda yang bermuatan postif (kation) mengalir ke elektroda ini untuk direduksi. Dengan demikian, di sel galvanik eksternal, elektroda bergerak dari anoda ke katoda dalam sirkuit eksternal, masuk melalui katoda dan keluar melalui anoda (Dogra dan Dogra, 1990).



DOWNLOAD FILE ARTIKEL ---->  >>> KLIK DISINI <<<

LAPORAN PRAKTIKUM SELAPUT PERMUKAAN PADA KOROSI

 Selaput Permukaan Pada Korosi

Yuni Makdalena Susanti, Widyanti Elwis, Fauzan Setiawan*

Jurusan Kimia, Fakultas Matematikadan IlmuPengetahuanAlam, UniversitasNegeri Padang (UNP) Jln. Prof. Dr.Hamka Air Tawar Padang, IndonesiaTelp. 0751 7057420

* XXXXX@gmail.com

Abstrak — Korosi merupakan penurunan mutu logam akibat reaksi elektrokimia dari lingkungannya. Korosi pada logam dapat dihindarkan dengan membentuk selaput permukaan pada logam. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menjelaskan pembentukan selaput permukaan yang melindungi logam dari korosi. Pada eksperimen ini akan dibuat suatu lapisan yang akan melindungi logam dari korosi. Pada eksperimen ini akan dibuat suatu lapisan yang akan melindungi logam dari korosi. Pada eksperimen ini akan dibuat suatu lapisan yang akan melindungi logam dari korosi dan penyebab-penyebab koros. Metode yang digunakan dalam ekperimen ini adalah dengan cara melindungi logam dengan pembentukan selaput dari larutan tembaga (II) sulfat (CuSO4). Lalu selaput ini diuji keefektifannya dalam melindungi logam dengan mencelupkan logam yang berselaput dengan asam nitrat (HNO3). Alat yang digunakan dalam eksperimen ini adalah dua buah gelas kimia 250 mL dan batang pengaduk. Bahan yang digunakan untuk eksperimen ini adalah paku sebagai sampel logam, asam nitrat, dan tembaga (II) sulfat. Hasil yang diperoleh adalah bukti terbentuknya selaput dari tembaga (II) sulfat yang dapat melindung logam sampel dari korosi yang disebabkan oleh asam nitrat dan faktor lingkungan lainnya.

Kata kunci: logam, korosi, cacat logam, selaput, Tembaga (II) sulfat

I. PENGANTAR

Cacat dalam struktur logam

Kita mempunyai kecenderungan untuk mengadaikan semua logam membeko membentuk struktur kristal yang sangat teratur atom-atomnya. Sesungguhnya tidak demikian, karena seringkali ada cacat dalam susunan tumpukan-tumpukan logam selalu mempunyai ketidaksempurnaan yang disebut cacat (defect) pada struktur kristalnya dan ini sangat berpengaruh pada sifat korosi logam Adapun jenis cacat yang terjadi pada logam yaitu sebagai berikut :

1. Cacat jenis pertama (cacat atom tunggal

Merupakan cacat pada suatu titik yang sempurna. Cacat ini berpengaruh pada sifat-sifat mekanik logam.

2. Cacat garis

Cacat intertisi yakni apabila sebuah atom menempati suatu kedudukan yang tidak normal sehingga terdesak ke antara atom-atom pada kisi tuan.

3. Cacat bidang

Selalu terdapat pada krisal logam yaitu garis boundary nya. Pada batas butir selalu terdapat distorsi baik karena pengaruh tegangan permukaan maupun akibat dari interaksi atom-atom dari kristal tegangannya.

4. Cacat Volume

Cacat volume umumnya terjadi akibat proses-proses yang terjadi sewaktu manufakturing.

(Tim Kimia Fisika, 2017)

Interstitial yaitu penerapan atau penumpukan antara tempat yang teratur. Jika atom interstitial adalah logam yang sejenis dengan atom-atom pada kisi maka disebut self interstitial. Terciptanya self interstitial menyebabkan distorsi besar disekeliling kisi dan membutuhkan energi lebih di bandingkan dengan energi yang di butuhkan untuk membuat vacancy atau kekosongan dan di bawah kondisi kesetimbangan self

(Keenan, 1984)

Kristal tunggl terkadang dapat ditemukan dalam material nyata yang tidak sedikit kondisi pertumbuhannya secara khusus di desain dan diatur sebagai contoh ketika memproduksi kristal tunggal silikon untuk device mikro elektronik atau bila turbin yang terbuat dari supe alloy

(Sullami, 2006)

Cacat pada kristal dapat mengubah sifat listrik dan mekanik bahan kekosongan pada kristal dapat mengubah sifat listrik bahan sebagai contoh. Kita menematkan kekosonagn kristal silikon untuk pendampingan oleh phospor sehingga terbentuk semi konduktor. (Suminar, 2001)

II. METODOLOGI PENELITIAN

A. Alat dan bahan

Peralatan yang digunakan pada selaput permukaan pada korosi ini adalah gelas kimia 250 mL, batang gelas. Bahan – bahan yang digunakan dalam eksperimen ini adalah dua buah paku besi, larutan asam nitrat dan larutan tembaga sulfat.

B. Prosedur Penelitian

Melarutkan 10 g tembaga sulfat dalam 100 mL air ke dalam gelas piala. Memasukkan 100 mL larutan asam nitrat ke dalam gelas piala. Yakinkan bahwa spesimen mengkilap dan bersih. Celupkan paku besi ke dalam yang berisi tembaga sulfat sampai terendam separuhnya, biarkan selama 1 menit. Angkat paku besi tadi perlahan-lahan dari larutan. Tunggu sampai larutan yang masih menempel kering. Kemudian celupkan paku besi secara vertikal kedalam asam nitrat lebih dalam di bandingkan tembaga sulfat. Biarkan selama 5 detik dan angkat logam dengan hati-hati dari larutan, biarkan kering larutan asam yang masih menempel. Celupkan lagi paku besi ke dalam larutan tembaga sulfat lalu angkat dengan cepat dari larutan tembaga sulfat...



DOWNLOAD FILE ARTIKEL ----> >>> KLIK DISINI <<<

LAPORAN PRAKTIKUM OKSIDASI ETANOL OLEH CHROM (VI)

 Oksidasi Etanol Oleh Chrom (VI)

Yuni Makdalena Susanti, Widyanti Elwis, Fauzan Setiawan*

Jurusan Kimia, Fakultas Matematikadan IlmuPengetahuanAlam, Universitas Negeri Padang (UNP) Jln. Prof. Dr.Hamka Air Tawar Padang, IndonesiaTelp. 0751 7057420

*xxxxx@gmail.com

Abstrak — Pada eksperimen ini akan ditentukan orde reaksi dan konstanta laju dari reaksi oksidasi etanol menjadi asam asetat oleh chrom (VI). Metode yang digunakan dalam eksperimen ini adalah menentukan orde reaksi dan konstanta laju melalui perubahan konsentrasi dari chrom (VI) yang bereaksi dengan etanol. Bahan yang digunakan dalam eksperimen ini adalah etanol (96%), larutan KI (3%), larutan Na2S2O3, larutan kanji 2%, larutan K2Cr2O7 4N, dan larutan HCl 11,6 M. Untuk menentukan perubahan konsentrasi dari chrom (VI) digunakan titran yaitu larutan Na2S2O3, larutan KI, serta indikator kanji sebagai penentu titik akhir titrasi. Sebelum digunakan larutan Na2S2O3 distandarisasi terlebih dahulu. Dari proses standarisasi diperoleh konsentrasi Na2S2O3 adalah 9,371.10-3M. Berdasarkan hasi eksperimen diketahui bahwa orde reaksi dari reaksi tersebut adalah 3,1 dan konstanta laju dari reaksi tersebut adalah 1,29445.104.

Kata kunci: laju reaksi, orde reaksi, reaksi oksidasi, konsentrasi Chrom (VI)

I. PENGANTAR

Etanol (CH3CH2OH) dapat dioksidasi menjadi asam asetat (CH3COOH). Dalam percobaan ini zat pengoksidasi yang digunakan adalah Cr(VI) dalam bentuk CrO3Cl- yang disiapkan dengan melarutkan kalium bikarbonat (K2Cr2O4) dalam asam klorida, yang menjadi:

Cr2O72- + 2H3O+ + 2Cl-  2CrO3Cl- + 3H2O

Dalam oksidasi etanol oleh CrO3Cl-, atom Cr dalam mengalami reduksi dari Cr(VI) menjadi Cr(III), menurut reaksi:

12H3O+ + 3CH3CH2OH + 4CrO3Cl-  3 CH3COOH + 4Cr3+ + 4Cl- + 21H2O

Hukum laju reaksi oksidasi etanol oleh chrom tersebut dapat ditulis

r = k [H3O]x[CH3CH2OH]y[Cr(VI)]z

jika konsentrasi asam klorida dan etanol jauh lebih besar dari konsentrasi Cr(VI)

12H3O+ + 3CH3CH2OH + 4CrO3Cl- 

Maka selama reaksi, perubahan konsentrasi asam klorida dan etanol relatif kecil atau mendekati konstan. Bila konsentrasi kedua reaktan tersebut mendekati konstan, maka laju reaksi menjadi

r = k’ [Cr(VI)]z

dengan

k’ = k [Cr(VI)]z

ln r = ln k’ + z ln [Cr(VI)]

Persamaan ini menunjukkan bahwa, jika konsentrasi asam klorida dan etanol konstan selama reaksi, maka pengaruh perubaha konsentrasi Cr(VI) terhadap laju reaksi (r) dapat ditentukan tanpa mempertimbangkan dua reaktan lain.

Persamaan 5 merupakan persamaan linear (y = ax + b) dengan ln r sebagai y dan ln [Cr(VI)] sebagai x serta z sebagai slope (tg a) dan ln k’ sebagai b. Jika dalam percobaan didapat data r dan [Cr(VI)] maka dengan cara grafik atau regresi dapat ditentukan nilai z. Nilai z inilah yang menjadi tujuan percobaan ini.

Yang jadi masalah adalah menentukan nilai r pada satiap waktu, karena tidak dapat diukur langsung, tetapi didapat dari grafik pasangan [Cr(VI)] dan waktu (t), yaitu [Cr(VI)] sebagai sumbu y dan waktu sebagai sumbu x.

Mula-mula dapatkan titik sebanyak jumlah percobaan, misalkan ada 4 percobaan maka akan ada 4 pasangan data dan didapat 4 titik. [1]

Alkohol sekunder dioksidasi menjadi keton. Sebagai contoh, jika alkohol sekunder, propan-2-ol, dipanaskan dengan larutan natrium atau kalium dikromat(VI) yang diasamkan dengan asam sulfat encer, maka akan terbentuk propanon. [2]

Alkohol-alkohol tersier tidak dapat dioksidasi oleh natrium atau kalium dikromat(VI). Bahkan tidak ada reaksi yang terjadi.

Jika anda memperhatikan apa yang terjadi dengan alkohol primer dan sekunder, anda akan melibat bahwa agen pengoksidasi melepaskan hidrogen dari gugus -OH, dan sebuah atom hidrogen dari atom karbon terikat pada gugus -OH. Alkohol tersier tidak memiliki sebuah atom hidrogen yang terikat pada atom karbon tersebut. [3]

Agen pengoksidasi yang digunakan pada reaksi-reaksi Oksidasi jenis-jenis alkohol (primer, sekunder dan tersier) biasanya adalah sebuah larutan natrium atau kalium dikromat(V)) yang diasamkan dengan asam sulfat encer. Jika oksidasi terjadi, larutan orange yang mengandung ion-ion dikromat(VI) direduksi menjadi sebuah larutan hijau yang mengandung ion-ion kromium(III). [4]

Dalam sistem tertutup yang konstan, laju reaksi didefinisikan secara sederhana sebagai perubahan konsentrasi dari reaktan atau prodduk dalam setiap satuan waktu. Namun ,laju reaksi juga dapat diketahui melalui perubahan muatan,perubahan sudut putar ataupun perubahan indeks bias yang di lakukan melalui analisa fisik. [5]

Kromium (II) bersifat meredduksi,kromium (III)sangat stabil dan penting, dan kromium (VI) bersifat sangat mengoksiddasi. Kromium muddah larut ddalam HCl ,H2SO4,dan HclO4 tetapi menjadi oleh HNO3 . [6]


DOWNLOAD FILE ARTIKEL ----> >>> KLIK DISINI <<<

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTROLISIS UNTUK MENENTUKAN BILANGAN AVOGADRO

 Elektrolisis Untuk Menentukan Bilangan Avogadro

Yuni Makdalena Susanti, Widyanti Elwis, Fauzan Setiawan*

Jurusan Kimia, Fakultas Matematikadan IlmuPengetahuanAlam, Universitas Negeri Padang(UNP) Jln. Prof. Dr.Hamka Air Tawar Padang, IndonesiaTelp. 0751 7057420

* xxxxxx@gmail.com

Abstrak — Pada eksperimen elektrolisis untuk menentukan bilangan avogadro bertujuan untuk memahami bilangan Avogadro (No) dan kegunaanya. Dasar dan cara penentu bilangan Avogadro . Bilangan Avogadro (No) adalah salah satu konstanta (tetapan) yang sangat penting dalam ilmu kimia. Elektrolisis menunjukkan bahwa reaksi kimia dapat terjadi dalam larutan bila diberi energi listrik melalui elektroda. Akibatnya ion positif bergerak menuju anoda (elektroda negatif) dan ion positif menuju katoda (elektroda negatif). Pada permukaan katoda terjadi reaksi reduksi dan pada anoda terjadi reaksi oksidasi. Penentuan bilangan Avogadro dalam percobaan ini dilakukan melalui elektrolisis larutan NaCl dalam elektroda tembaga.

Kata kunci: Avogadro, NaCl, tembaga, Elektrolisis

I. PENGANTAR

Salah satu konstanta (tetapan) yang sangat penting dalam ilmu kimia adalah bilangan Avogadro (No). Ada beberapa metoda untuk menentuka bilangan itu dan yang paling akurat adalah dengan cara kristalografi sinar-X. Dalam percobaan ini, kita akan menentukan No secara elektrolisis. Elektrolisis menunjukkan bahwa reaksi kimia dapat terjadi dalam larutan bila diberi energi listrik melalui elektroda. Akibatnya ion positif bergerak menuju anoda (elektroda negatif) dan ion positif menuju katoda (elektroda negatif). Pada permukaan katoda terjadi reaksi reduksi dan pada anoda terjadi reaksi oksidasi.

Reaksi yang terjadi baik pada katoda maupun anoda bergantung pada jenis ion dan bahan elektrodanya. Jika larutan garam dapur dielektrolisis dengan kedua elektrodanya tembaga, maka reaksinya adalah sebagai berikut:

Katoda: 2Cl- + 2 e  Cl2

Anoda: Cu(s)  Cu+ + e

Pada katoda terbentuk gas Cl2 sedangkan pada anoda terjadi Cu+. Ion Cu+ ini bereaksi dengan oksigen yang ada dalam larutan membentuk Cu2O(s) yang mengendap kedasar bejana. Berat Cu yang berubah jadi ion Cu+ dapat diketahui dari berkurangnya masa anoda sebelum dan sesudah elektrolisis. Jika masa unsur diketahui maka dapat ditentukan jumlah mol nya. Kita mengetahui bahwa 1 mol unsur adalah massa unsur tersebut sebanyak Ar nya sehingga 1 mol Cu = 63,54 gram.

Jumlah listrik yang diperlukan untuk mengoksidasi tembaga menjadi ion tembaga (I) dalam ellektrolisis ini dapat ditentukan dari besarnya voltase sumber arus dan lamanya waktu elektrolisis. Jumlah muatan itu didapat dari kuat arus (I) dan waktu yang terpakai (t),

q = I.t

dengan q = muatan (coulumb, C); E = kuat arus ampere; t = detik. Dalam listrik biasanya diketahui voltase (V) dan tahanan (R) dengan hubungan

I = E/R

Sehingga

q = E.t/R

dengan E = potensial sumber arus (volt) dan R = tahanan (ohm).

Satu elektron mempunyai muuatan 1,6 x10-19 coulomb. Berdasarkan reaksi oksidasi, jika satu elektron mempunyai muatan 1,6 x10-19 coulumb, maka 1 coulumb = 1/(1,6 x10-19 ) elektron = 6,25 x 1018 elektron.

Dengan demikian, jika jumlah elektron dan nilai mol Cu diketahui maka akan didapat jumlah atom Cu dalam satu mol. Nilai itu disebut bilangan Avogadro (Tim Kimia Fisika. 2017).

Bilangan Avogadro dinamakan sebagai tetapan Avogadro atau konstanta avogadro. Bilangan Avogadro adalah banyaknya "entitas" (biasanya atom atau molekul) dalam satu mol, yang merupakan jumlah atom karbon-12 dalam 12 gram (0,012 kilogram) karbon-12 dalam keadaan dasarnya.

Suatu tetepan yang sangat penting dalam bidang kimia adalah bilangan Avogadro (No). Ada macam – macam metode

untuk menentukan bilangan itu. Metode yang paling tepat adalah kristalografi sinar –X. Analisis kristalografi sinar-X hanya dilakukan para spesialis yakni kristalografer. Pengukuran dan pemrosesan data yang diperlukan membutuhkan pengetahuan dan pengalaman yang banyak. Sehingga kristalografi sulit dilakukan jika untuk percobaan mahasiswa. Dalam percobaan ini, kita akan menentukan bilangan Avogadro secara elektrolisis (Wahyuni, Sri. 2013).

Elektrolisis adalah peristiwa berlangsungnya reaksi kimia oleh arus listrik. Aliran listrik melalui suatu konduktor (penghantar) melibatkan perpindahan elektron dari potensial negatif tinggi ke potensial lainnya yang lebih rendah. Mekanisme dari transfer ini tidak sama untuk berbagai konduktor. Dalam penghantar elektronik, seperti padatan dan lelehan logam, penghantaran berlangsung melalui perpindahan elektron langsung melalui penghantar dari potensial yang diterapkan. Dalam hal ini, atom-atom penyusun penghantar listrik tidak terlibat dalam proses tersebut. Akan tetapi penghantar elektrolistik yang mencangkup larutan elektrolit dan lelehan garam-garam. Penghantaran berlangsung melalui perpindahan ion-ion baik positif maupun negatif menuju elektroda-elektroda. Migrasi ini tidak hanya melibatkan perpindahan listrik dari suatu elektroda ke elektroda lainnya tetapi juga melibatkan adanya transport materi dari suatu bagian konduktor ke bagian lainnya (Atkins PW. 1999).

C (Coulomb) adalah satuan muatan listrik, dan 1 C adalah muatan yang dihasilkan bila arus 1 A (Ampere) mengalir selama 1 s. Tetapan fundamental listrik adalah konstanta Faraday F, 9,65 x 104 C, yang didefinisikan sebgai kuantitas listrik yang dibawa oleh 1 mol elektron. Dimungkinkan untuk menghitung kuantitas mol perubahan kimia yang disebabkan oleh aliran arus listrik yang tetap mengalir untuk rentang waktu tertentu ( Castellan, GW. 1982 ).

Hukum elektrolisis Faraday berbunyi :

1. Jumlah zat yang dihasilkan di elektroda sebanding dengan jumlah arus listrik yang melalui sel.

2. Bila sejumlah tertentu arus listrik melalui sel, jumlah mol zat yang berubah di elektroda adalah konstan tidak bergantung jenis zat. Misalnya, kuantitas listrik yang diperlukan untuk mengendapkan 1 mol logam monovalen adalah 96 485 C(Coulomb) tidak bergantung pada jenis logamnya ( Petrucci, Ralph H. 1993 ).

Reaksi elektrokimia dapat dibagi dalam dua kelas: yang menghasilkan arus listrik (proses yang terjadi dalam baterai) dan yang dihasilkan oleh arus listrik elektrolisis. Tipe pertama reaksi bersifat serta merta, dan energy bebas system kimianya berkurang; system itu dapat melakukan kerja, misalnya menjalankan motor. Tipe kedua harus dipaksa agar terjadi (oleh kerja yang dilakukan terhadap system kimia), dan energy bebas system kimia bertambah Elektrokimia adalah didiplin ilmu kimia yang memperlajari tentang perubahan zat yang menghasilkan arus listrik atau perubahan kimia yang disebabkan oleh arus listrik. (Keenan .1980).

Dalam sebuah sel, energi listrik di hasilkan dengan jalan pelepasan elektron pada suatu elektroda (oksidasi) dan penerima elektron pada elektroda lainnya (reduksi). Elektroda yang melepaskan elektron dinamakan anoda, sedangkan elektroda yang menerima elektron dinamakan katoda. Suatu sel elektrokimia, kedua sel setengah reaksi dipisahkan dengan maksud agar aliran listrik (elektron) yang ditimbulkan dapat digunakan. Salah satu faktor yang mencirikan sebuah sel elektrokimia adalah gaya gerak listrik (GGL) atau beda potensial listrik antara anoda dan katoda (Oxtoby . 1999).


DOWNLOAD FILE ARTIKEL -----> >>> KLIK DISINI <<<